Jumat, 28 Desember 2012

Museum Brawijaya Malang

Weekend kali ini paling asyik untuk menambah wawasan atau pun menambah pengalaman dengan mengunjungi museum. Kata museum merupaka reduplikasi dari kata Yunani klasik Museon, Yaitu bangunan suci sebagai pemujaan kepada sembilan dewa seni dan ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Sedangkan pengertian Museum adalah lembaga perawatan penyimpanan pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaa manusia serta alam dan lingkunganya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Dengan demikian museum terbuka untuk umum, khusunya untuk tujuan pendidikan dan rekreasi. Dan yang paling wajib dikunjungi yaitu Museum Brawijaya Malang,
Flashback ke Sejarah Pendirian sebelum kita mengetahui lebih jauh tentang Museum Brawijaya ini, berawal dari usaha untuk merilis pendirian Museum Brawijaya telah dilakukan sejak tahun 1962 oleh pemrakarsa yaitu Brigjen TNI (Purn) Soerachman (Mantan Pangdam VIII/Brawijaya tahun 1959-1962). Adapun maksud pendirian museum ini adalah untuk membuktikan kepada masyarakat mengenai sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Khususnya rakyat Jawa Timur yang sejak tahun 1945 secara terus menerus membuktikan dharma bhaktinya kepada ibu pertiwi. Dalam pelaksanaan pembangunan museum, arsitekturnya sepenuhnya diserahkan kepada Zidam VIII/Brawijaya dan dipercayakan kepada Kapten CZI Ir. Soemadi yang akhirnya dapat dilaksanakan pada tahun 1967 sampai dengan tahun 1968. Anda penasaran ingin tahu informasi dibalik museum yang megah ini? berikut kami infokan beberapa dari Museum Brawijaya

Pintu Masuk Museum Brawijaya


Halaman Depan
Pada halaman depan terdapat taman senjata yang diberi nama " Agne Yastra loka" yang artinya:
Agne    : Api
Yastra   : senjata
Loka    : tempat/taman
Sehingga pengertian secara umum adalah Tempat/taman senjata yang merupakan peninggalan dari api revolusi 1945.

Koleksi Senjata yang dipamerkan di ruang depan antara lain :

Laras Karabean dan Sten yang pernah digunakan dalam pertempuran 10 November 1945 dan ditemukan di Gunungsari, Surabaya
Pada tahun 1945-1949, para pejuang kemerdekaan RI, banyak sekali melakukan perampasan senjata dari penjajah, untuk memperkuat dan melengkapi senjata yang sudah dimiliki. Sebagai bekal untuk mempertahankan kemerdekaan baik melawan tentara Jepang maupun serdadu Belanda dengan sekutunya para pejuang kemerdekaan senantiasa berusaha merebut senjata dan peralatan perang lawan. Dengan pejuang tinggi, akhirnya berhasil merebut senjata dan peralatan perang lainnya dari tentara Jepang.
Perang untuk mempertahankan kemerdekaan kemudian dilanjutkan dengan menghadapi tentara Sekutu dan Belanda. Selama perang kemerdekaan itu pun para pejuang berhasil merampas senjata-senjata baik penyergapan maupun pertempuran.

Mobil Sedan De Soto
Mobil Sedan De soto

Mobil sedan buatan pabrik "DE SOTOSA" yang dipergunakan untuk kolonel Soengkono sebagai kendaraan dinas jabatan pada waktu menjabat Panglima Divisi IV Narotama dan Panglima Divisi Brawijaya (Divisi I Jatim) tahun 1948-1950 di Jawa Timur.

Satu perangkat meja kursi yang dipergunakan untuk melaksanakan perundingan genjatan senjata (penghentian tembak menembak) antara TKR (Tentara Keaman Rakyat)/ pejuang dengan Sekutu di Surabaya pada tanggal 29-10-1945. Pihak Indonesia diwakili oleh Bung Karno sedangkan pihak sekutu diwakili Majen Havthron dan Brigjen Mallaby.

Bagian Belakang Museum
Gerbong Maut
Dalam perang kemerdekaan tanggal 21 Juli 1947 tentara Belanda mendarat di pantai Pasir Putih dan menyerang kota termasuk Bondowoso. Dalam pertempuran tersebut tentara Belanda menawan sejumlah pejuang di penjara Bondowoso.
Pada tanggal 23-9-1947 pukul 01.00 WIB para tawanan yang ada di penjara Bondowoso (berjumlah 100 orang) diangkut dengan menggunakan gerbong barang untuk dopindahkan ke Surabaya. Karena berdesak-desakan dalam gerbong sempit dan pintu serta jendela ditutup rapat selama dalam perjalanan sehingga udara dalam gerbong sangat panas dan mengakibatkan banyak pejuang yang meninggal, sedangkan yang masih hidup menggedor-gedor minta air dan minta dibukakan pintu agar udara dapat masuk, tetapi tentara Belanda  yang mengawal menjawab "Air, angin tidak ada yang ada hanyalah peluru". Ketika sampai di stasiun wonokromo, Surabaya sebagian besar pejuang sudah mati lemas, sedangkan yang masih hidup berjumlah 12 orang dimasukkan ke dalam penjara Kalisosok, Surabaya.


Ini lah beberapa hasil peninggalan para pejuang pada zaman dahulu , jika anda berminat kunjungilah museum Brawijaya ini dengan tiket masuk Rp.2500 . Sangat murah bukan? ayo kunjungi Museum di Jl. Ijen 25 A Malang.

Queen/ 09220248
#sumber diolah dari data dari museum dan wawancara.

6 komentar:

  1. sAYA TEermasuk suka mengunjungi museum - museum di Indonesia , termasuk museum di Malang ini ,
    menurut saya , di museum ini lumayan lengkap karena sudah terdapat perpustakaan dan pelayanan petugas TNI yang baik.

    BalasHapus
  2. Terima kasih sarannya mas Edo ^_^

    BalasHapus
  3. Sama-sama..
    Semoga Blog ini memberikan informasi yang lebih lengkap dan lebih membangun

    BalasHapus
  4. boleh tau no telp nya museum brp..? sekolah kami mau berkunjung kesana

    BalasHapus