Minggu, 16 Desember 2012

Candi Jawi

Candi Jawi
Candi Jawi terletak di Desa Candiwates, kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan di kaki gunung Welirang. Di dalam kitab Negarakertagama Candi Jawi disebut "Jajawa" (Neg.55.3) atau "Jawa-Jawa".

Sebelum membicarakan Candi Jawi lebih jauh, kira-kira akan lebih baik apabila terlebih dahulu dikemukakan secara singkat tentang apa atau bagaimana candi itu. Berdasarkan sumber-sumber yang ada, candi berasal dari kata Candika grha, yang maksudnya adalah rumah untuk Candika. Candika ialah dewi maut atau nama dari Cakti Ciwa. Jadi candi dalam hal ini dihubungkan dengan maut/mati. Mula-mula candi merupakan batu peringatan yang didirikan diatas peti abu jenazah, baik hanya ditumpuk saja ataupun merupakan bangunan kecil. Tempat abu jenazah disebut juga pripih. Perlu diketahui bahwa sampai sekarang di Bali masih dikenal adanya pura dalem, yang biasanya diletakkan di dekat kuburan. Dalam hubungan ini pura merupakan tempat Dewi Durga (isteri Ciwa). Dengan demikian candi berarti tempat suci atau tanda peringatan atau pemakaman atau dapat juga merupakan pemujaan.

Setelah diketahui secara singkat apa candi itu, maka untuk lebih jelasnya disini akan dikemukakan tentang bagaimana struktur candi. Senah candi pada umumnya berbentuk bujur sangkar, dengan penampil pada keempat sisinya sehingga bersudut 20 (duapuluh). Secara vertikal struktur candi dapat dibagi sebagai berikut:

- Kaki candi yaitu bagian yang paling bawah atau disebut juga soubasement.
- Tubuh candi yaitu bagian tengah.
- Atap candi yaitu bagian puncak.

Pada tubuh candi itulah biasanya terdapat relief yang menggambarkan cerita-cerita tertentu. Namun demikian ada beberapa candi yang reliefnya tidak hanya terdapat pada tubuh candi, tetapi juga pada kaki candi misalnya candi Borobudur. Selanjutnya bagaimana halnya dengan candi Jawi.

  1. Situasi dan kondisi Candi Jawi
Seperti telah diketahui bahwa letak Candi Jawi di tepi jalan yang cukup lebar dan mudah dijangkau. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila candi ini mudah diketahui orang, sehingga pada tahun 1914 sudah mulai diadakan pendokumentasian. Ukuran candi Jawi Panjang 14,24 meter, Lebar 9,55 meter, Tinggi 24,50 meter. Kemudian tahun 1938 mulai diadakan penelitian secara seksama dan usaha untuk melakukan percobaan pemugaran, Tetapi sayang usaha pemugaran percobaan ini tidak dapat diselesaikan, karena:

-belum ditemukannya satu lapis batu pada bagian tubuh sehingga hubungan dengan bagian atasnya belum dapat diketahui.
-pecahnya perang dunia ke dua (Belanda meninggalkan Indonesia dan Jepang masuk).
-hilangnya satu lapis batu pada bagian tubuh candi sehingga hubungan bagian atas tidak diketahui. 
Salah satu sesajen dan Bagian atap candi Jawi 

Atap candi terdiri dari tiga tingkatan, puncaknya berbentuk Dagodha. Jenis batu bagian atap berlainan dengan batu-batu bagian bawah (bagian kaki candi). Mendasarkan pada suatu sumber (Negarakertagama) dikatakan bahwa atap candi disambar petir. Hal ini tejadi pada tahun 1331, yang mengakibatkan arca induknya hilang. Arca induk inilah mungkin yang dimaksudkan dengan arca Aksobnya. Mengenai bentuk atap Candi Jawi adalah, semula berbentuk segi empat, kemudian makin ke atas makin kecil dan akhirnya pada bagian atas ditutup dengan mahkota, yang berbentuk dagoba/stupa. Dagoba tersebut biasanya merupakan puncak dari bangunan suci agama Buddha. 

Batu-batu atap sebagian besar adalah batu putih, sedangkan batu bagian kaki candi adalah batu hitam (andesit). Solikin penjaga candi Jawi mengatakan "Kemungkinan batu-batu bagian atap ini berasal dari masa yang berlainan, peristiwa tersebut mungkin sekali mengakibatkan keruntuhan bagian atasnya yang kemudian diperbaiki tahun berikutnya".
Salah satu relief candi Jawi
 Relief yang mengelilingi kaki candi sangat sulit untuk diterjemahkan kembali makna dan maksudnya karena tidak ditemukan kecocokan dengan sebuah cerita atau ajaran moral yang sesuai dengan rangkaian relief tersebut seperti pada candi-candi yang lain.

Relief-relief tersebut sebetulnya masih dapat dibaca dengan jelas walaupun sudah banyak bagian-bagian yang mengalami distorsi alam. Yang paling menarik adalah dibagian tengah sisi utara dimana terdapat “potret candi”.
Pada candi Jawi terdapat kolam dengan hiasan bunga-bunga teratai yang besar-besar, 
, lebar 2 m, yang mengelilingi candi, sementara candinya sendiri terletak diatas sebuah teras besar setinggi hampir 3 meter. Kolam tersebut adalah representasi dari samudra terakhir dan teras besar diatasnya merupakan perwujudan dari benua Jambudwipa.
Arca-arca candi Jawi 
Negarakertagama pupuh 56:2 menyebutkan bahwa arca utama di dalam bilik candi adalah Arca Siwa, dengan tambahan keterangan bahwa ada area aksobnya bermahkota tinggi, setelah dilakukan penelitian ternyata area-area yang ditemukan bersifat Siwa. "Arca-arca temuan tersebut ialah Nandiswara, Durga,Brahma, Ganesa, Nandi, dan Fragmen Ardanari" kata pak Solikin.

Prapanca dalam bukunya Negarakertagama menerangkan bahwa candi Jawi mempunyai dua sifat keagamaan, yaitu bagian bawah bersifat Siwa, dan bagian atas bersifat Buddha. 

Queen / 09220248

2 komentar: