Jumat, 09 November 2012

Topeng Malang Nominor Sursum Moveor


Topeng Malangan merupakan penutup wajah dalam pertunjukan wayang yang bermakna lambang jasmani atau badan yang tampak dan  merupakan salah satu kesenian daerah yang cukup dikenal masyarakat dan merupakan aset budaya perlu dilestarikan. Sangat panjang kiranya jika ingin bercerita tentang kesenian ini, berikut ulasan dan wisata budaya tentang Topeng Malang : 

Perkembangan topeng Malangan

Perkembangan topeng Malangan menurut beberapa sumber berawal sekitar tahun 1898, saat kabupaten Malang dipimpin oleh
Raden Bagoes Mohamad Sarib. Pada masa itu, terdapat dua orang dalam satu perguruan topeng, mbah Reni (Polowijen) dan mbah Gunawan (Sumber Pucung). Kemudian kesenian ini diteruskan oleh mbah Karimun yang mendirikan sanggar Pendowo Limo dan berganti nama menjadi sanggar Asmoro Bangun pada tahun 1978 di Kedung Monggo- Pakisaji. 

"Bahwa para pembesar ingin beliau menari topeng. 'Ya' jawab beliau ", dikutip dari Negara Kretagama, pupuh 91 bait 4.


Ragam cerita panji ruang merupaka inspirasi dari cerita-cerita yang digunakan penari, pengukir dan ki Dalang topeng Malang. Cerita panji sendiri ada beberapa versi antara lain : Hikayat Panji Kuda Sumirang, Panji Sumirang, Galuh digantung, Cekel Wanengpati dll. 

Topeng Malang sebagai Ragam Hias dan Souvenir

Buah tangan yang sangat berkesan ketika berkunjung ke kota Malang salah satunya adalah topeng Malang. Oleh-oleh ini bisa didapatkan di beberapa galeri topeng di Malang, salah satunya di Jl Sumbersari tepatnya depan Kampus UIN Maliki Ibrahim Malang. Atau jika ingin mendapatkan buah tangan khas Malang dan inngin tahu proses pembuatan ndan seluk beluk tentang kesenian ini, dapat langsung berkunjung ke Kedung Monggo-Pakisaji. Di sini, Mas Handoyo (penerus mbah Karimun) yang akan bercerita banyak tentang aset budaya Malang ini. Dan harga miring bisa didapatkan karena langsung dari pengrajinnya sekitar Rp 75.000,- s/d Rp 400.000,- dengan kualitas handmade yang tidak diragukan lagi.

Berikut akses transportasi menuju Kedung Monggo- Pakisaji (klik disini). Jika dari pusat kota Malang, membutuhkan waktu sekitar 1jam dengan kendaraan pribadi. Jadi dengan sedikit informasi sederhana ini langkah yang diambil untuk melestarikan kesenian ini semoga tepat sasaran. Sehingga wisatawan maupun masyarak kita tidak hanya tahu aksesoris ini dicetak di plastik tanpa melihat bentuk kayu salinya, dipresentasikan di luar kota tanpa tahu alamat pengrajinnya ini semua hanya untuk menjaga warisan budaya, mempertahankan budi pekerti bangsa. so selamat berwisata dan belajar tentang budaya Malang.

Foto dan teks : Fika Aditama/09220035



0 komentar:

Posting Komentar