Tampilkan postingan dengan label Wisata Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata Sejarah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 Desember 2012

MENAPAK JEJAK SEJARAH SAMBIL BERWISATA DI SELECTA

Hari masih pagi, sekitar puku 09.00 WIB saya ingin berenang di Selecta, karena hanya 2kilo dari rumah saya.  Batu, salah satu tempat wisata yang cukup terkenal. Tempat wisata ini terletak di daerah pegunungan. Pemandangan alamnya yang khas pegunungan sangat indah dan alami. Udaranya pun sejuk dan menyehatkan.
Melihat pemandangan indah, banyak bunga berwarna-warni, berlatar belakang pemandangan pehunungan yang asri, kami rombongan guru tak bisa membendung hasrat untuk berfoto. Jadilah, acara pertama kami pagi itu adalah mejeng sana mejeng sini, potret sana potret sini. Sejatinya kami belum puas berfoto-foto ketika ketua rombongan mengingatkan agar kami segera check inn ke dalam hotel Selecta dan mempersiapkan diri untuk menuju lokasi wisata di sekitar hotel Selecta.

Hotel Bernilai Sejarah
Konon hotel Selecta dibangun pada jaman penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1928 oleh seorang Belanda bernama De Reyter De Wild. Tepatnya berada di wilayah Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu. De Reyter membangun hotel dan tempat wisata di tempat itu karena terpesona melihat pemandangan alamnya serta udara sejuknya.
Dengan luas 20 hektar dan letaknya 1100 M dari permukaan laut, taman ini merupakan sebuah tempat yang lengkap dengan fasilitas hiburannya dari  kolam renang, lapangan tenis, bungalow dan taman-tamannya.

Selecta berasal dan kata selectie yang berarti “pilihan”. Terletak di Desa Tulungrejo, Kota Batu, Jawa Timur dengan dikelilingi oleh Gunung Arjuno, . Welirang dan Anjasmoro. Kita dapat menempuh dalam waktu 1 jam perjalanan dari kota Malang dan 3 jam dari kota Surabaya. Tinggi dari permukaan laut 1.150 m dengan suhu udara berkisar antara 15′ C 25  C dan kedinginan air berkisar 18 C.

Untuk menuju Selecta yang hanya berjarak sekitar 6 kilo meter dan utara alun-alun kota Batu tidak terlalu sulit. Bila kita mengendari transportasi umum, cukup dengan naik mobil penumpang umum (MPU) jurusan Batu-Selecta dengan jarak tempuh sekitar 30 menit saja.

Pada masa lalu banyak petinggi negara menyempatkan diri untuk menginap di taman wisata ini seperti Presiden pertama Soekarno, Megawati Soekarno putri, Moh Hatta, Ali Sadikin, Jendral SoemitroNah, salah satu villa yang cukup bersejarah di sana adalah Villa De Brandarice  yang sekarang bernama vila Bima Shakti.
De Brandarice ini menjadi semacam saksi bisu sejarah nasional negeri ini. Bung Karno sering terlihat  berolah raga kecil dan berjemur diri di pagi hari, siangnya mengunci diri di kamar dan sorenya menikmati pemandangan alam yang tampak indah dari ruang santai.
“Wah… kalau begitu, saya pilih kamar di sana saja. Siapa tahu bisa mimpi bertemu Pak Karno,” ujar Pak Harris sambil bercanda.

Dari Taman Bunga, Flyng Fox, hingga Bom-Bom Car
Begitulah usai istirahat sejenak, bersih-bersih badan, dan berdandan sepantasnya orang mau pelesir, kami kemudian bergegas menuju wahana wisata yang letaknya tak jauh dari hotel Selecta.
Wahana wisata pertama yang dapat kita lihat adalah sebuah akuarium raksasa berisi beraneka jenis ikan. Selanjutnya, kita bisa menikmati taman bunga yang banyak ditanami berbagai jenis bunga yang ditata secara asri dan terawat sempurna. Tak hanya itu, tanaman-tanaman pelindung juga tumbuh kokoh dan rimbun. Taman ini juga dilengkapi dengan berbagai aksesoris taman seperti tempat duduk,  gazebo, mainan anak-anak, batu-batu yang ditata sempurna, juga patung-patung yang menarik. Ada juga penjual makanan yang diatur rapi di resto-resto kecil yang menyediakan aneka makanan bagi para pengunjung dengan harga terjangkau.
Bila selama ini kolam renang biasa menjadi andalannya, kini telah ada wahana Water Park. Kalau kolam renang yang sebelumnya telah ada tingkat kedalamannya mencapai 1,5 meter sampai 3 meter,maka Water Park ini kedalamannya hanya sekitar 1,1 meter.
Keberadaan Water Park ini diharapkan bisa memuaskan pengunjung keluarga terutama yang datang bersama anak-anak. Bermain perosotan air di Water Park ini tanpa dipungut biaya, alias sudah include dengan tiket masuk yang hanya sebesar Rp 10 ribu.


Sementara wahana bermain yang sudah ada lainnya seperti, taman bunga, aquarium ikan raksasa, kolam kano, flying fox, goa singa, indoor play ground, kuda keliling, kereta kuda, dan bom-bom car juga tetap menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Sebagian besar wahana itu gratis alias tanpa dipungut biaya lagi. Hanya yang seperti kolam kano, kuda keliling, flying fox yang dikenai biaya sebesar Rp 15 ribu sekali main.
Pemandangan di sini tentu saja tak kalah menariknya dibanding pemandangan di sekitar hotel. (puspitasari agisya 09220042)





Coban Sumber Pitu

Sumberpitu adalah sebuah tempat wisata alam yang terletak di desa Duwet Krajan, sekitar 7 km sebelah timur kecamatan Tumpang kabupaten Malang. Pemandangan alam yang cukup indah, daerah perbukitan yang banyak tanaman Apel dan sayuran.

Kenapa Sumber pitu, karena terdapat mata air yang jumlahnya banyak sekali, selain mata air juga terdapat goa peninggalan masa lalu dan terdapat pula sebuah air terjun yang diberi nama RINGIN GANTUNG, karena disitu terdapat pohon beringin yg menempel pada dinding tebing air terjun.

Lokasi Sumberpitu sendiri terletak +/- 2 km sebelah utara dari desa Duwet Krajan, dengan pemandang alam yang exotic dalam menempuh perjalanan menuju Sumberpitu.  Perjalanan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki untuk sampai ke lokasi Sumberpitu dengan waktu -/+ 30 menit dengan berjalan kaki, karena jalan tersebut tidak daat dilewati dengan kendaraan, dengan hawa yang segar dan sejuk membuat kita tidak terasa dalam menempuh perjalanan untuk menuju lokasi Wisata alam Sumberpit. Kurangnya perhatian dari pemerintah daerah membuat  wisata ini kurang di ketahui oleh masyarakat lain.

perjalanan yang cukup jauh, bukan hasil yang sia-sia karena pemandangan yang kita dapatkanpun sangat mengesankan, air yang jernih dan segar menjadi obat lelah yang sangat mujarab. tempat wisata ini tidak dipungut biaya, cukup menyewa guaid dari warga sekitar  dengan upah secukupnya. Menarik bukan...


teks : Dahlia Eka / 09 220 368

Museum Brawijaya Malang

Weekend kali ini paling asyik untuk menambah wawasan atau pun menambah pengalaman dengan mengunjungi museum. Kata museum merupaka reduplikasi dari kata Yunani klasik Museon, Yaitu bangunan suci sebagai pemujaan kepada sembilan dewa seni dan ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Sedangkan pengertian Museum adalah lembaga perawatan penyimpanan pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaa manusia serta alam dan lingkunganya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Dengan demikian museum terbuka untuk umum, khusunya untuk tujuan pendidikan dan rekreasi. Dan yang paling wajib dikunjungi yaitu Museum Brawijaya Malang,
Flashback ke Sejarah Pendirian sebelum kita mengetahui lebih jauh tentang Museum Brawijaya ini, berawal dari usaha untuk merilis pendirian Museum Brawijaya telah dilakukan sejak tahun 1962 oleh pemrakarsa yaitu Brigjen TNI (Purn) Soerachman (Mantan Pangdam VIII/Brawijaya tahun 1959-1962). Adapun maksud pendirian museum ini adalah untuk membuktikan kepada masyarakat mengenai sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Khususnya rakyat Jawa Timur yang sejak tahun 1945 secara terus menerus membuktikan dharma bhaktinya kepada ibu pertiwi. Dalam pelaksanaan pembangunan museum, arsitekturnya sepenuhnya diserahkan kepada Zidam VIII/Brawijaya dan dipercayakan kepada Kapten CZI Ir. Soemadi yang akhirnya dapat dilaksanakan pada tahun 1967 sampai dengan tahun 1968. Anda penasaran ingin tahu informasi dibalik museum yang megah ini? berikut kami infokan beberapa dari Museum Brawijaya

Pintu Masuk Museum Brawijaya


Halaman Depan
Pada halaman depan terdapat taman senjata yang diberi nama " Agne Yastra loka" yang artinya:
Agne    : Api
Yastra   : senjata
Loka    : tempat/taman
Sehingga pengertian secara umum adalah Tempat/taman senjata yang merupakan peninggalan dari api revolusi 1945.

Koleksi Senjata yang dipamerkan di ruang depan antara lain :

Laras Karabean dan Sten yang pernah digunakan dalam pertempuran 10 November 1945 dan ditemukan di Gunungsari, Surabaya
Pada tahun 1945-1949, para pejuang kemerdekaan RI, banyak sekali melakukan perampasan senjata dari penjajah, untuk memperkuat dan melengkapi senjata yang sudah dimiliki. Sebagai bekal untuk mempertahankan kemerdekaan baik melawan tentara Jepang maupun serdadu Belanda dengan sekutunya para pejuang kemerdekaan senantiasa berusaha merebut senjata dan peralatan perang lawan. Dengan pejuang tinggi, akhirnya berhasil merebut senjata dan peralatan perang lainnya dari tentara Jepang.
Perang untuk mempertahankan kemerdekaan kemudian dilanjutkan dengan menghadapi tentara Sekutu dan Belanda. Selama perang kemerdekaan itu pun para pejuang berhasil merampas senjata-senjata baik penyergapan maupun pertempuran.

Mobil Sedan De Soto
Mobil Sedan De soto

Mobil sedan buatan pabrik "DE SOTOSA" yang dipergunakan untuk kolonel Soengkono sebagai kendaraan dinas jabatan pada waktu menjabat Panglima Divisi IV Narotama dan Panglima Divisi Brawijaya (Divisi I Jatim) tahun 1948-1950 di Jawa Timur.

Satu perangkat meja kursi yang dipergunakan untuk melaksanakan perundingan genjatan senjata (penghentian tembak menembak) antara TKR (Tentara Keaman Rakyat)/ pejuang dengan Sekutu di Surabaya pada tanggal 29-10-1945. Pihak Indonesia diwakili oleh Bung Karno sedangkan pihak sekutu diwakili Majen Havthron dan Brigjen Mallaby.

Bagian Belakang Museum
Gerbong Maut
Dalam perang kemerdekaan tanggal 21 Juli 1947 tentara Belanda mendarat di pantai Pasir Putih dan menyerang kota termasuk Bondowoso. Dalam pertempuran tersebut tentara Belanda menawan sejumlah pejuang di penjara Bondowoso.
Pada tanggal 23-9-1947 pukul 01.00 WIB para tawanan yang ada di penjara Bondowoso (berjumlah 100 orang) diangkut dengan menggunakan gerbong barang untuk dopindahkan ke Surabaya. Karena berdesak-desakan dalam gerbong sempit dan pintu serta jendela ditutup rapat selama dalam perjalanan sehingga udara dalam gerbong sangat panas dan mengakibatkan banyak pejuang yang meninggal, sedangkan yang masih hidup menggedor-gedor minta air dan minta dibukakan pintu agar udara dapat masuk, tetapi tentara Belanda  yang mengawal menjawab "Air, angin tidak ada yang ada hanyalah peluru". Ketika sampai di stasiun wonokromo, Surabaya sebagian besar pejuang sudah mati lemas, sedangkan yang masih hidup berjumlah 12 orang dimasukkan ke dalam penjara Kalisosok, Surabaya.


Ini lah beberapa hasil peninggalan para pejuang pada zaman dahulu , jika anda berminat kunjungilah museum Brawijaya ini dengan tiket masuk Rp.2500 . Sangat murah bukan? ayo kunjungi Museum di Jl. Ijen 25 A Malang.

Queen/ 09220248
#sumber diolah dari data dari museum dan wawancara.

Museum Unik "Museum Malang Tempo Doeloe"

"Museum" bukan kata yang asing lagi di telinga kita. coba sebutkan apa saja yang anda fikirkan tentang kata museum, yak benar sekali. selain kata sejarah, jadul atau kuno, tapi buanglah pemikiran seperti itu. Dikota Malang ada Museum yang berbeda yakni Museum Malang Tempo Doeloe

Konsep museum yang tampak berbeda dengan dilengkapi dengan miniatur kehidupan pra sejarah, yakni sejak 1 juta 500 tahun yang lalu, masa kerajaan sebelum berdirinya pemerintahan di Malang hingga miniature Malang Tempo Dulu. Menariknya, museum yang terletak di Jalan Gajahmada nomor 2 Kota Malang ini disusun sedemikian rupa, hingga pengunjung merasa seperti berada di lorong waktu. museum tersebut memiliki 20 ruangan yang masing-masing ruangannya mewakili setiap sejarah yang telah dilalui Malang.

Museum yang merupakan rancangan dari Dwi Cahyono ini sedianya dipersembahkan untuk ulang tahun pernikahan kedua orang tuanya, yaitu Abdul Madjid diresmikan 22 Okrober 2012.  Pada awalnya museum ini hendak dibangun di pertokoan Sarinah. Alasan utama ingin dibangunnya museum ini di Sarinah adalah karena pada awal pembentukan kota Malang, pusat pertokoan Sarinah saat ini adalah titik nol pemerintahan Malang. Berdasarkan hal tersebut, maka pendopo awal, bukanlah yang bertempat di depan pertokoan Mitra 2 dan Gajahmada Plaza, melainkan di pertokoan Sarinah saat ini. Malang sendiri pernah mendapat julukan sebagai Malang Kota Garnisum karena tingkat keamanannya.

Arca-arca peninggalan Kerajaan Kanjuruhan saat ini dapat disaksikan salah satunya di Museum Tempo Doeloe. Selain informasi seperti Kerajaan Kanjuruhan, gua tempat bertapa Ken Arok ditemukan dioramanya di museum ini. Gua tempat bersemedi Ken Arok yang asli terdapat di Pujon. Karena bersemedi di Pujon itulah Ken Arok dapat mengalahkan Kerajaan Kediri.

Banyak sejarah Malang yang mungkin bagi penduduk Malang sendiri tidak mengetahui, seperti ketika peristiwa Malang Bumi Hangus, jumlah bangunan yang terbakar sejumlah 1000 bangun, melebihi peristiwa Bandung Lautan Api, salah satu korban dari peristiwa Malang Bumi Hangus adalah dibakarnya gedung Walikota. Tujuan para pejuang Malang saat itu adalah agar infrastruktur tidak dimanfaatkan oleh Belanda ketika melakukan Agresi Militer.

Dengan hadirnya Museum Malang Tempo Doeloe semoga dapat menambah khazanah yang berharga terhadap sejarah kota Malang ini melalui kemasan yang elegan dan menarik. Karena identitas suatu bangsa ditentukan oleh karakter dan budaya bangsa itu sendiri. Bagi yang tertarik untuk mempelajari sejarah dengan kemasan yang menarik ini dapat langsung mengunjungi Museum Malang Tempo Doeloe yang terletak di Jalan Gajahmada No. 2 Malang. Tiket untuk masuk museum cukup Rp 25.000,00 untuk umum dan Rp 10.000,00 untuk pelajar. Museum buka dari jam 08.00-17.00 WIB.

teks : Dahlia Eka Fitri / 09220368

Minggu, 16 Desember 2012

Candi Jawi

Candi Jawi
Candi Jawi terletak di Desa Candiwates, kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan di kaki gunung Welirang. Di dalam kitab Negarakertagama Candi Jawi disebut "Jajawa" (Neg.55.3) atau "Jawa-Jawa".

Sebelum membicarakan Candi Jawi lebih jauh, kira-kira akan lebih baik apabila terlebih dahulu dikemukakan secara singkat tentang apa atau bagaimana candi itu. Berdasarkan sumber-sumber yang ada, candi berasal dari kata Candika grha, yang maksudnya adalah rumah untuk Candika. Candika ialah dewi maut atau nama dari Cakti Ciwa. Jadi candi dalam hal ini dihubungkan dengan maut/mati. Mula-mula candi merupakan batu peringatan yang didirikan diatas peti abu jenazah, baik hanya ditumpuk saja ataupun merupakan bangunan kecil. Tempat abu jenazah disebut juga pripih. Perlu diketahui bahwa sampai sekarang di Bali masih dikenal adanya pura dalem, yang biasanya diletakkan di dekat kuburan. Dalam hubungan ini pura merupakan tempat Dewi Durga (isteri Ciwa). Dengan demikian candi berarti tempat suci atau tanda peringatan atau pemakaman atau dapat juga merupakan pemujaan.

Setelah diketahui secara singkat apa candi itu, maka untuk lebih jelasnya disini akan dikemukakan tentang bagaimana struktur candi. Senah candi pada umumnya berbentuk bujur sangkar, dengan penampil pada keempat sisinya sehingga bersudut 20 (duapuluh). Secara vertikal struktur candi dapat dibagi sebagai berikut:

- Kaki candi yaitu bagian yang paling bawah atau disebut juga soubasement.
- Tubuh candi yaitu bagian tengah.
- Atap candi yaitu bagian puncak.

Pada tubuh candi itulah biasanya terdapat relief yang menggambarkan cerita-cerita tertentu. Namun demikian ada beberapa candi yang reliefnya tidak hanya terdapat pada tubuh candi, tetapi juga pada kaki candi misalnya candi Borobudur. Selanjutnya bagaimana halnya dengan candi Jawi.

  1. Situasi dan kondisi Candi Jawi
Seperti telah diketahui bahwa letak Candi Jawi di tepi jalan yang cukup lebar dan mudah dijangkau. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila candi ini mudah diketahui orang, sehingga pada tahun 1914 sudah mulai diadakan pendokumentasian. Ukuran candi Jawi Panjang 14,24 meter, Lebar 9,55 meter, Tinggi 24,50 meter. Kemudian tahun 1938 mulai diadakan penelitian secara seksama dan usaha untuk melakukan percobaan pemugaran, Tetapi sayang usaha pemugaran percobaan ini tidak dapat diselesaikan, karena:

-belum ditemukannya satu lapis batu pada bagian tubuh sehingga hubungan dengan bagian atasnya belum dapat diketahui.
-pecahnya perang dunia ke dua (Belanda meninggalkan Indonesia dan Jepang masuk).
-hilangnya satu lapis batu pada bagian tubuh candi sehingga hubungan bagian atas tidak diketahui. 
Salah satu sesajen dan Bagian atap candi Jawi 

Atap candi terdiri dari tiga tingkatan, puncaknya berbentuk Dagodha. Jenis batu bagian atap berlainan dengan batu-batu bagian bawah (bagian kaki candi). Mendasarkan pada suatu sumber (Negarakertagama) dikatakan bahwa atap candi disambar petir. Hal ini tejadi pada tahun 1331, yang mengakibatkan arca induknya hilang. Arca induk inilah mungkin yang dimaksudkan dengan arca Aksobnya. Mengenai bentuk atap Candi Jawi adalah, semula berbentuk segi empat, kemudian makin ke atas makin kecil dan akhirnya pada bagian atas ditutup dengan mahkota, yang berbentuk dagoba/stupa. Dagoba tersebut biasanya merupakan puncak dari bangunan suci agama Buddha. 

Batu-batu atap sebagian besar adalah batu putih, sedangkan batu bagian kaki candi adalah batu hitam (andesit). Solikin penjaga candi Jawi mengatakan "Kemungkinan batu-batu bagian atap ini berasal dari masa yang berlainan, peristiwa tersebut mungkin sekali mengakibatkan keruntuhan bagian atasnya yang kemudian diperbaiki tahun berikutnya".
Salah satu relief candi Jawi
 Relief yang mengelilingi kaki candi sangat sulit untuk diterjemahkan kembali makna dan maksudnya karena tidak ditemukan kecocokan dengan sebuah cerita atau ajaran moral yang sesuai dengan rangkaian relief tersebut seperti pada candi-candi yang lain.

Relief-relief tersebut sebetulnya masih dapat dibaca dengan jelas walaupun sudah banyak bagian-bagian yang mengalami distorsi alam. Yang paling menarik adalah dibagian tengah sisi utara dimana terdapat “potret candi”.
Pada candi Jawi terdapat kolam dengan hiasan bunga-bunga teratai yang besar-besar, 
, lebar 2 m, yang mengelilingi candi, sementara candinya sendiri terletak diatas sebuah teras besar setinggi hampir 3 meter. Kolam tersebut adalah representasi dari samudra terakhir dan teras besar diatasnya merupakan perwujudan dari benua Jambudwipa.
Arca-arca candi Jawi 
Negarakertagama pupuh 56:2 menyebutkan bahwa arca utama di dalam bilik candi adalah Arca Siwa, dengan tambahan keterangan bahwa ada area aksobnya bermahkota tinggi, setelah dilakukan penelitian ternyata area-area yang ditemukan bersifat Siwa. "Arca-arca temuan tersebut ialah Nandiswara, Durga,Brahma, Ganesa, Nandi, dan Fragmen Ardanari" kata pak Solikin.

Prapanca dalam bukunya Negarakertagama menerangkan bahwa candi Jawi mempunyai dua sifat keagamaan, yaitu bagian bawah bersifat Siwa, dan bagian atas bersifat Buddha. 

Queen / 09220248

Kamis, 08 November 2012

WISATA HISTORIS DI MAKAM SOEKARNO



BLITAR ??? Ya, Kota tempat lahir dan dimakamkannya orang nomor satu Republik Indonesia saat itu Ir. SoeKarno.
Bangunan Historis di sekitar halam Makam

Tempat Makam Bung Karno merupakan salah satu wisata andalan yang ada di kota Blitar. Begitu besar nama Bapak prokalamasi Indonesia itu ini bisa dilihat dari makamnya. Begitu banyak dan berjubelnya para pengunjung atau peziarah yang datang kesana.
Makam bung Karno sekarang menjadi tempat wisata yang sangat terkenal. Selain menjadi wisata religi tempat ini juga bisa menjadi wisata pendidikan. Dimana di sekitar halaman makam terdapat

Wisma Tua di Tengah Kota


Salah Satu baguna yang teletak di Wisma Tumapel, bagunan tua yang masih kokoh hinga sekarang, sudah tidak berpenghuni.

Kota Malang tidak hanya memiliki julukan Kota Pendidikan, pariwisatanya dan Kota Bunga  tapi memiliki wilayah yang sangat eksotis. Pada masa kolonialisme, kota ini menjadi tempat favorit bagi Belanda untuk

Sabtu, 20 Oktober 2012

Museum Satwa Kota Batu Wisata "Edukasi Menarik Nan Modern di Kota Batu"


Kota batu sudah sangat tersohor sebagai kota wisata terlengkap dijawa timur.  Tentunya hal ini menguntungkan saya sebagai warga  kota batu dalam mencari tempat tujuan wisata dan hiburan.
Diakhir liburan kuliah kemarin, saya bersama keluarga tertarik untuk mengunjungi jatimpark 2 di daerah oro – oro ombo kota batu. Tempat wisata ini

Selasa, 09 Oktober 2012

Candi/Stupa Sumberawan Singosari

Sampai saat ini candi masih banyak didapati di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Sumatra, Jawa,  dan Bali. Walaupun sebagian besar di antaranya tinggal reruntuhan, namun tidak sedikit yang masih utuh dan bahkan masih digunakan untuk melaksanakan upacara keagamaan. Sebagai hasil budaya manusia, keindahan dan keanggunan bangunan candi memberikan gambaran mengenai kebesaran kerajaan-kerajaan pada masa lampau.

Kali ini saya berkunjung kesuatu Candi Sumberawan ,Toyomarto,kecamatan Singosari.

Bangunan ini terlihat masih utuh akan tetapi didalamnya nampak rapuh. Namun,